Pengertian Kebudayaan:
Menurut Prof. Koentjaraningrat dalam
buku pengantar
ilmu Antropologi (2009:181), kata kebudayaan berasal dari kata sansekerta
buddhayah, yaitu bentuk jamak dari kata buddhi yang berarti budi atau akal.
Dengan demikian ke-budaya-an dapat diartikan dengan hal-hal yang bersangkutan
dengan akal. Ada sarjana lain yang mengupas budaya sebagai suatu perkembangan
dari kata majemuk budi-daya, yang berarti daya dan budi. Karena itu mereka
membedakan budaya dan kebudayaan. Demikianlah budaya adalah daya dan budi yang
berupa cipta, karsa, dan rasa itu. Sedangkan kebudayaan adalah hasil dari
cipta, karsa, dan rasa itu. Dalam istilah ilmu Antropologi budaya, perbedaan
itu di tiadakan. Kata budaya di sini hanya dipakai sagai suatu singkat saja dari kebudayaan
dengan arti yang sama.
Menurut
Prof Koentjaraningrat dalam
buku pengantar
ilmu Antropologi (2009:182), kebudayaan berasal dari kata culture merupakan
kata asing yang sama artinya dengan kebudayaan. Berasal dari latin colere yang bearti mengolah,
megerjakan, terutama mengolah tanah atau bertani. Dari arti ini berkembang arti
culture sebagai daya upaya serta tindakan manusia untuk mengolah tanah dan
mengubah alam. Disamping istilah kebudayaan ada pula istilah peradaban. Hal
yang terakhir adalah sama dengan istilah ingggris civilization. Istilah tersebut biasanya dipakai untuk
menyebutkan bagian unsure dari kebudayaan yang halus, maju, dan indah misalnya
kesenian, ilmu pengetahuan, adat sopan santun pergaulan dan sebagainya. Istilah
peradaban sering juga dipakai untuk menyebutkan suatu kebudayaan yang mempunyai
system teknologi, ilmu pengetahuan, seni bangunan, seni rupa dan sebagainya.
Dalam ilmu antropologi, yang telah menjadikan berbagai cara
hidup manusia dengan berbagai macam sistem tindakan tadi sebagai obyek
penelitian dan analisanya, aspek belajar itu merupakan aspek yang sangat
penting. Itulah sebabnya dalam hal memberi pembatasan terhadap konsep
“kebudayaan” atau culture itu, artinya dalam hal memberi definsi terhadap
konsep “kebudayaan”, ilmu antropologi sering kali sangat berbeda denga berbagai
ilmu lain. Juga apabila dibandingkan dengan arti yang biasanya diberikan kepada
konsep itu dalam bahasa sehari-hari, yaitu arti yang terbatas kepada hal-hal
yang indah seperti candi, tari-tarian, seni suara, kesusteraan dan filsafat,
definisi ilmu antropologi jauh lebih luas sifat dan ruang lingkupnya. Menurut
ilmu antropologi, “kebudayaan” adalah : keseluruhan sstem gagasan, tindakan,
dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik
diri manusia dengan belajar (Koentjaraningrat.1979:179-180).
Hal tersebut berarti bahwa hampir seluruh tidakan manusia adalah
“kebudayaan” karena hanya amat sedikit tindakan manusia alam rangka kehidupan
masyarakat yang tak perlu dibiasakannya dengan belajar, yaitu hanya beberapa
naluri beberapa reflex, beberapa tindakan akibat proses fisiologi, atau
kelakuan apabila ia sedang membabi buta. Bahkan berbagai tindakan manusia yang
merupakan kemampuan naluri yang terbawa oleh makhluk manusia dengan gen-nya
bersama kelahirannya (seperti misalnya
makan, minum atau berjalan dengan kedua kakinya), juga dirombak olehnya menjadi
tindakan kebudayaan. Manusia makan pada waktu-waktu tertentu yang dianggapnya
wajar dan pantas, ia makan dan minum dengan alat-alat, cara-cara dan sopan
santun dan protocol yang sering sekali sangat rumit, yang harusnya dipelajari
denga susah payah. Manusia berjalan tidak menurut wujud organisma yang telah ditentukan oleh alam, melainkan
merombak cara berjalanna dengan gaya seperti prajurit, berjalan dengan gaya
lemah lembut, berjalan seperti pragawati, dan sebagainnya, yang semuanya harus
dipelajarinya dahulu (Koentjaraningrat.1979:179-180).
Memang, definisi yang menganggap bahwa “kebudayaan dan “tindakan
keudayaan” itu adalah segala tindakan yang harus dibiasakan oleh manusia dengan
belajar (learned behavior), juga diajukan oleh beberapa ahli antropologi
terkenal seperti C. Wissler, C. Kluckhon, A. Davis, atau A. Hoebel.
Definisi-defiinisi yang mereka ajukan hanya merupakan beberapa saja di antara
banyak definisi lain yang pernah diajukan, tidak hanya oleh para sarjana
aantropologi, melainkan juga oleh para sarjana ilmu-ilmu lain seperti
sosiologi, filsafat, sejarah dan kesustraan. Dua orang sarjana antropologi, AL.
Kroeber dan C. Kluckhohn, pernah mengumpulkan sebanyak mungkin definisi tentang
kebudayaan yang pernah dinyatakan orang dalam tulisan, dan ternyata bahwa ada
paling sedikit 160 buah definisi. Ke-160 buah defiisis itu kemudian mereka
analisa, dicari latar belakang, prinsip, dan intinya, kemudian diklasifikasikan
ke dalam beberapa tipe definisi. Hasil penelitian megenai definisi kebudayaan
tadi diterbitkan bersama menjadi buku berjudul : Culture, A Critical Review of
Concepts and Definitions (Koentjaraningrat.1979:179-180).
Menurut ilmu antropologi
yang dikemukakan oleh koentjaraningrat (2009:144) kebudayaan adalah keseluruan
system gagasan, tindakan dan hasil karya manusia dalam kehidupan yang dijadikan
milik diri manusia dengan proses belajar. Hal tersebut bahwa hampir seluruh
tindakan manusia adalah kebudayaan, karena hanya sedikit tindakan manusia dalam
kehidupan masyarakat yang tidak perlu dibiasakan dengan belajar, yaitu hanya
beberapa tindakan naluri, beberapa reflex, beberapa tindakan akibat proses
fisiologi atau kelakuan membabi buta. Bahkan beberapa tindakan manusia yang
mrupakan kemampuan naluri yang terbawa gen bersama kelahiranya (seperti makan,
minum atau berjalan dengan kedua kakinya). Adapun pengertian yang lain mengenai kebudayaan adalah sebagai berikut Menurut E.B
Taylor dalam buku Ilmu Sosial Budaya Dasar (2006:27), budaya adalah suatu
keseluruhan kompleks yang meliputi pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral,
keilmuan, hukum, adat istiadat, dan kemampuan yang lain serta kebiasaan yang
didapat oleh manusia sebagai anggaota masyarakat.
Menurut R. Linton dalam buku Ilmu Sosial Budaya Dasar
(2006:27-28), kebudayaan dapat dipandang sebagai konfigurasi tingkah laku yang
dipelajari dan hasil tingkah laku yang dipelajari, di mana unsur pembentuknya
didukung dan diteruskan oleh anggota masyarakat lainnya.
Menurut Selo Soemardjan dan Soelaiman Soemardi dalam buku Ilmu
Sosial Budaya Dasar (2006:28), mengatakan bahwa kebudayaan adalah semua hasil
karya, rasa, dan cipta masyarakat.
Menurut Herkovits dalam buku Ilmu Sosial Budaya Dasar (2006:28),
kebudayaan adalah bagian dari lingkungan hidup yang diciptakan oleh manusia.
Dengan
demikian, kebudayaan atau budaya menyangkut keseluruhan aspek kehidupan manusia
baik material maupun non material. Sebagian besar ahli yang mengartikan
kebudayaan seperti ini kemungkinan besar sangat dipengaruhi oleh pandangan
evolusionisme, yaitu suatu teori yang mengatakan bahwa kebudayaan itu akan
berkembang dari tahapan yang sederhana menujju tahapan yang lebih kompeks (Dr.
Elly M Setiadi dkk. 2005:28).
Adapun unsur-unsur dari
kebudayaan yang terbagi menjadi :
1.
Bahasa
2.
Sistem pengetahuan
3.
Organisasi sosial
4.
Sistem peralatan
5.
Sistem mata pencaharian hidup
6.
Sistem religi
7.
Kesenian
Ada beberapa perwujudan dari kebudayaan yang dapat dibagi dan
digolongkan dalam tiga wujud, yaitu (Dr. Elly M Setiadi dkk. 2005:28):
1.
Wujud sebagai suatu komplek dari ide-ide, gagasan,
nilai-nilai, norma-norma, dan peraturan.
Wujud tersebut menunjukkan wujud ide dari
kebudayaan, sifst abstrak, tak dapat diraba, dipegang,
ataupun difoto, dan tempat ada di alam pikiran warga masyarakat di mana kebudayaan yang ersangkutan itu hidup.
Kebudayaan ini disebut pula dengan tata kelakuan,
hal ini menunjukkan bahwa budaya idea mempunyai fungsi mengatur, mengendalikan, dan memberi arah kepada
tindakan, kelakuan, dan perbuatan manusia dalam
masyarakat sebagai sopan santun. Kebudayaan ini dapat disebut adat atau adat istiadat, yang sekarang banyak disimpan
dalam arsip, tape, dan komputer (Dr. Elly M.Setiadi
dkk. 2005:29).
2.
Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks aktivitas serta
tindakan berpola dari manusia dalam
masyarakat.
Wujud tersebut dinamakan system social,
karena menyangkut tindakan dan kelakuan berpola
dari manusia itu sendiri. Wujud ini bisa diobservasi, difoto, dan didokumentasikan karena dalam system
social ini terdapat aktivitas-aktivitas manusia yang berinteraksi dan berhubungan serta bergaul satu dengan
lainnya dalam masyarakat Lebih
jelasnya tampak dalam bentuk perilaku dan bahasa pada saat mereka berinteraksi dalam pergaulan hidup sehari-hari di
masyarakat (Dr. Elly M Setiadi dkk. 2005:29).
3.
Wujud kebudayaan sebagai benda-benda hasil karya
manusia
Wujud ini biasa disebut dengan kebudayaan
fisik. Di mana wujud budaya ini hampir seluruhnya
merupakan hasil fisik (akivitas perbuatan, dan karya semua manusia dalam masyarakat). Sifatnya paling konkret dan
berupa benda-benda atau hal-hal yang dapat kecil.
Seperti contoh Candi Borobudur, kain batik, dan lain sebagainya (Dr. Elly M.Setiadi dkk. 2005:28).
Adapun beberapa hal yang
terkandung dalam kebudayaan, yakni sebagai berikut (Dr. Elly M Setiadi dkk. 2005:30):
1.
Sistem Pengetahuan
Sistem pengetahuan di sini merupakan bagian
yang tidak akan pernah hilang dalam perjalanan
hidup manusia. Sistem pengetahuan di sini menyangkut dalam pengetahuan tentang
alam sekitar, tubuh manusia, sifat-sifat dan tingkah laku sesame manusia, dan ruang dan waktu (Dr. Elly M Setiadi dkk.
2005:30).
2.
Nilai
Nilai merupakan sesatu yang dianggap baik
dan selalu dinginkan, dicita-citakan, dan juga dianggap
penting oleh seluruh manusia dalam bermasyarakat. Ada beberapa aspek dalam penilaian dalam hal ini, yakni aspek
keindahan (nilai estetika), baik (nilai-moral atau e tis), religious ( nilai agama), (Dr. Elly M Setiadi dkk. 2005:31).
3.
Pandangan Hidup
Pandangan Hidup merupakan pedoman hidup
manusia dalam menyelesaikan suatupermasalahan
(Dr. Elly M Setiadi dkk. 2005:31).
4.
Kepercayaan
Kepercayaan ini memiliki arti yang lebih
luas dari pada agama, yakni suatu keyakinan pada
suatu hal yang dianggap bisa membantu dan menolong untuk menyelesaikan permasalahan yang dihadapi (Dr. Elly M
Setiadi dkk. 2005:31).
5.
Persepsi
Persepsi atau sudut pandang merupakan suatu
titik tolak pemikiran yang tersusun dari seperangkat
kata-kata yang digunakan utuk memahami kejadian atau gejala dalam kehidupan. Persepsi terrdiri atas tiga
hal, yakni persepsi sensorik (persepsi yang terjadi tanpa menggunakan salah satu indera manusia), persepsi telepati
(kemampuan pengetahuan kegiatan
mental individu lain), Persepsi clairvoyance (kemampuan untuk melihat peristiwa atau kejadian di tempat
lain, jauh dari orang yang bersangkutan).
2.2 Sejarah kebudayaan Islam di Indonesia
Sejarah
masuknya kebudayaan Islam di Indonesia khususnya di tanah jawa di tandai dengan
adanya Wali Songo yang diyakini merupakan penyebar agama islam di daerah jawa
pada abad 14, selain itu Islam masuk ke Indonesia melalui pedagang-pedagang
Islam dari Timur Tengah pada zaman kerajaan. Wali songo atau Wali Sanga ini
diperkirakan tinggal di tiga wilayah penting
pantai utara Pulau Jawa, yaitu Surabaya-Gresik-Lamongan di Jawa Timur,
Demak-Kudus-Muria di Jawa Tengah, dan Cirebon di Jawa Barat. Era
Walisongo adalah era berakhirnya dominasi dalam budaya Nusantara untuk digantikan dengan kebudayaan Islam.
Mereka adalah simbol penyebaran Islam di Indonesia, khususnya di Jawa. Tentu
banyak tokoh lain yang juga berperan. Namun peranan mereka yang sangat besar
dalam mendirikan Kerajaan Islam di Jawa, juga pengaruhnya terhadap kebudayaan
masyarakat secara luas serta dakwah secara langsung, membuat para Walisongo ini
lebih banyak disebut dibanding yang lain (http://id.wikisource.org/wiki/wali-songo_.28.E2.80.93.29).
Pengertian dari wali songo
adalah wali yang sembilan, yang menandakan
jumlah wali yang ada sembilan, atau sanga
dalam bahasa Jawa Pendapat lain menyebutkan bahwa kata songo/sanga berasal dari kata tsana
yang dalam bahasa Arab berarti mulia. Pendapat lainnya lagi menyebut kata sana berasal dari , bahasa Jawayang berarti tempat. Pendapat
lain yang mengatakan bahwa Walisongo adalah sebuah majelis dakwah
yang pertama kali didirikan oleh Sunan Gresik (Maulana Malik Ibrahim) pada tahun 1404 Masehi (808 Hijriah).[1] Saat itu, majelis dakwah Walisongo beranggotakan Maulana
Malik Ibrahim sendiri, Maulana Ishaq (Sunan Wali Lanang), Maulana Ahmad Jumadil Kubro (Sunan
Kubrawi); Maulana Muhammad Al-Maghrabi (Sunan Maghribi); Maulana Malik Isra'il
(dari Champa), Maulana Muhammad Ali Akbar, Maulana Hasanuddin, Maulana
'Aliyuddin, dan Syekh Subakir. Para Walisongo juga
merupakan intelektual yang menjadi pembaharu
masyarakat pada masanya. Pengaruh mereka terasakan dalam beragam bentuk
manifestasi peradaban baru masyarakat Jawa, mulai dari kesehatan, bercocok-tanam, perniagaan, kebudayaan, kesenian,
Adapaun tokoh-tokoh dari Wali
Songo, yakni sebagai berikut :
1. Sunan Gresik (Maulana Malik Ibrahim)
Maulana Malik Ibrahim adalah keturunan ke-22 dari Nabi Muhammad. Ia disebut juga Sunan Gresik, atau Sunan Tandhes, atau
Mursyid Akbar Thariqat Wali Songo . Nasab As-Sayyid Maulana Malik Ibrahim Nasab
Maulana Malik Ibrahim menurut catatan Dari As-Sayyid Bahruddin Ba'alawi
Al-Husaini yang kumpulan catatannya kemudian dibukukan dalam Ensiklopedi Nasab
Ahlul Bait yang terdiri dari beberapa volume (jilid). Dalam Catatan itu
tertulis: As-Sayyid Maulana Malik Ibrahim bin As-Sayyid Barakat Zainal Alam bin
As-Sayyid Husain Jamaluddin bin As-Sayyid Ahmad Jalaluddin bin As-Sayyid
Abdullah bin As-Sayyid Abdul Malik Azmatkhan bin As-Sayyid Alwi Ammil Faqih bin
As-Sayyid Muhammad Shahib Mirbath bin As-Sayyid Ali Khali’ Qasam bin As-Sayyid
Alwi bin As-Sayyid Muhammad bin As-Sayyid Alwi bin As-Sayyid Ubaidillah bin
Al-Imam Ahmad Al-Muhajir bin Al-Imam Isa bin Al-Imam Muhammad bin Al-Imam Ali
Al-Uraidhi bin Al-Imam Ja’far Shadiq bin Al-Imam Muhammad Al-Baqir bin Al-Imam
Ali Zainal Abidin bin Al-Imam Al-Husain bin Sayyidah Fathimah Az-Zahra/Ali bin
Abi Thalib, binti Nabi Muhammad Rasulullah. Ia
diperkirakan lahir di Samarkand di Asia Tengah, pada paruh awal abad ke-14. Babad Tanah Jawi versi Meinsma menyebutnya Asmarakandi, mengikuti pengucapan
lidah orang Jawa terhadap As-Samarqandy. Dalam cerita rakyat, ada yang
memanggilnya Kakek Bantal.
Maulana Malik Ibrahim umumnya dianggap sebagai wali pertama
yang mendakwahkan Islam di Jawa. Ia mengajarkan cara-cara baru bercocok tanam
dan banyak merangkul rakyat kebanyakan, yaitu golongan masyarakat Jawa yang
tersisihkan akhir kekuasaan Majapahit. Malik Ibrahim berusaha menarik hati
masyarakat, yang tengah dilanda krisis ekonomi dan perang saudara. Ia membangun
pondokan tempat belajar agama di Leran, Gresik. Pada tahun 1419, Malik Ibrahim
wafat. Makamnya terdapat di desa Gapura Wetan, Gresik,
Jawa Timur
2.
Sunan Ampel ( Raden Rahmat)
Sunan Ampel bernama asli Raden Rahmat, keturunan ke-22 dari Nabi Muhammad, menurut riwayat ia adalah putra Ibrahim Zainuddin Al-Akbar dan seorang putri Champa
yang bernama Dewi Condro Wulan binti Raja Champa Terakhir Dari Dinasti Ming.
Nasab lengkapnya sebagai berikut: Sunan Ampel bin Sayyid Ibrahim Zainuddin
Al-Akbar bin Sayyid Jamaluddin Al-Husain bin Sayyid Ahmad Jalaluddin bin Sayyid
Abdullah bin Sayyid Abdul Malik Azmatkhan bin Sayyid Alwi Ammil Faqih bin
Sayyid Muhammad Shahib Mirbath bin Sayyid Ali Khali’ Qasam bin Sayyid Alwi bin
Sayyid Muhammad bin Sayyid Alwi bin Sayyid Ubaidillah bin Sayyid Ahmad
Al-Muhajir bin Sayyid Isa bin Sayyid Muhammad bin Sayyid Ali Al-Uraidhi bin
Imam Ja’far Shadiq bin Imam Muhammad Al-Baqir bin Imam Ali Zainal Abidin bin
Imam Al-Husain bin Sayyidah Fathimah Az-Zahra binti Nabi Muhammad Rasulullah.
Sunan Ampel umumnya dianggap sebagai sesepuh oleh para wali lainnya.
Pesantrennya bertempat di Ampel Denta, Surabaya, dan merupakan salah satu pusat penyebaran agama Islam tertua di Jawa. Ia
menikah dengan Dewi Condrowati yang bergelar Nyai Ageng Manila, putri adipati
Tuban bernama Arya Teja dan menikah juga dengan Dewi Karimah binti Ki Kembang
Kuning. Pernikahan Sunan Ampel dengan Dewi Condrowati alias Nyai Ageng Manila
binti Aryo Tejo, berputera: Sunan Bonang,Siti Syari’ah,Sunan Derajat,Sunan
Sedayu,Siti Muthmainnah dan Siti Hafsah. Pernikahan Sunan Ampel dengan Dewi
Karimah binti Ki Kembang Kuning, berputera: Dewi Murtasiyah,Asyiqah,Raden
Husamuddin (Sunan Lamongan,Raden Zainal Abidin (Sunan Demak),Pangeran Tumapel
dan Raden Faqih (Sunan Ampel 2. Makam Sunan Ampel teletak di dekat Masjid Ampel, Surabaya
3. Sunan Bonang
Sunan Bonang adalah putra Sunan Ampel, dan merupakan keturunan ke-23 dari Nabi Muhammad. Ia adalah putra Sunan Ampel dengan Nyai Ageng Manila, putri adipati Tuban
bernama Arya Teja. Sunan Bonang banyak berdakwah melalui kesenian untuk menarik
penduduk Jawa agar memeluk agama Islam. Ia dikatakan sebagai penggubah suluk Wijil dan tembang Tombo Ati, yang masih sering
dinyanyikan orang. Pembaharuannya pada gamelan
Jawa ialah dengan memasukkan rebab dan bonang,
yang sering dihubungkan dengan namanya. Universitas Leiden menyimpan sebuah karya sastra bahasa Jawa bernama Het Boek van Bonang atau Buku
Bonang. Menurut G.W.J. Drewes, itu bukan karya Sunan Bonang namun
mungkin saja mengandung ajarannya. Sunan Bonang diperkirakan wafat pada tahun
1525
4. Sunan Drajat
5. Sunan Kudus
6. Sunan Giri
7. Sunan Kalijaga
8. Sunan Muria (Raden Umar Said)
9. Sunan Gunung Jati (Syarif Hidayatullah)
2.3 Bentuk-bentuk kebudayaan Islam di Indonesia
sejarah perkembangan kebudayaan islam di indonesia
2. Islam mengajarkan bahwa dihadapan Allah, derajat semua manusia sama, kecuali takwanya.
3. Islam mengajarkan bahwa Allah adalah Tuhan Yang Maha Esa, Maha Pengasih dan Penyayang, dan mengharamkan manusia saling berselisih, bermusuhan, merusak, dan saling mendengki.
4. Islam mengajarkan agar manusia menyembah hanya kepada Allah dan tidak menyekutukannya serta senantiasa setiap saat berbuat baik terhadap sesama manusia tanpa pilih kasih.
Ajaran Islam ini sangat menarik perhatian penduduk Indonesia. Dengan demikian, dakwah dan pengaruh Islam makin meluas, baik di kalangan masyarakat biasa, maupun bangsawan atau penguasa.
Pengaruh Islam yang masuk ke Indonesia bagian timur, terutama Maluku, tidak dapat dipisahkan dari jalur perdagangan yang terbentang sepanjang pusat lalu lintas pelayaran internasional di Malaka, Jawa, dan Maluku.
Melalui jalut tengah, dari bagian lembah Yordania dan di bagian timur melalui Semenanjung Arabia, khususnya Hadramaut yang berhadapan langsung ke Indonesia. Dari Semenanjung Arabia penyebaran agama Islam ke Indonesia lebih murni, diantaranya aliran Wahabi (dari nama Abdul Wahab) yang terkenal keras dalam penyiaran agama. Daerah yang merasakan pengaruhnya adalah Sumatra Barat.
Melalui jalur selatan yang berpangkal di Mesir. Dari kota Kairo yang merupakan pusat penyiaran agama secara modern. Indonesia memperoleh pengaruh utama dari organisasi keagamaan yang disebut Muhammadiyah.
Secara teperinci golongan penyebar agama Islam di Indonesia ada 3 yaitu:
- Golongan Mubaligh atau guru agama Islam (sufi). Gologan ini adalah orang yang mempunyai orientasi bedakwah dan masuk ke Indonesia kira-kira abad ke-13 M yang berasal dari Arab dan Persia.
- Golongan Pedagang. Golongan pedagang pertama kali masuk Indonesia adalah orang Arab, disusul orang Mesir, Persia dan Gujarat.
- Golongan Wali. Wali yang terkenal memperkenalkan ajaran Islam di Indonesia adalah Wali songo, antara lain:
2.Sunan Ngampel atau Raden Rahmat (Ngampel Surabaya).
3.Sunan Bonang atau Radem Maulana Makdum Ibrahim (Bonang Tuban).
4.Sunan Drajat atau Syarifudin (Sedayu Surabaya).
5.Sunan Giri atau Prabu Satmata atau Sultan Abdul Fakih (Giri Gresik).
6.Sunan Kalijaga (Kadilangu Demak).
7.Sunan Kedus atau Jafar Sodiq (Kudus).
8.Sunan Muria atau Raden Umar Said (Gunung Muria Kudus).
9.Sunan Gunung Jati (Gunung Jati Cirebon).
- Perdagangan. Proses Islamisasi melalui perdagangan sangat menguntungkan dan lebih efektif cara-cara lain. Apalagi yang terlibat bukan hanya masyarakat dari golongan bawah melainkan juga dari golongan atas seperti kaum bangsawan atau para raja.
- Perkawinan. Para pedagang Islam dalam melakukan perdagangan memerlukan waktu yang lama, sehingga harus menetap di suatu daerah tertentu. Keadaan ini mempercepat hubungan dengan kaum pribumi/bangsawan. Terkadang juga sampai dengan perkawinan, sehingga melalui perkawinan terlahir seorang muslim.
- Politik. Pengaruh kekuasaan seorang raja berpengaruh besar dalam proses Islamisasi. Setelah raja memeluk Islam, maka rakyatnya mengikuti jejak rajanya. Setelah tersosialisasi dengan agama Islam, maka kepentingan politik dilaksanakan melalui perluasan wilayah kerajaanyang diikuti dengan penyebaran agama Islam.
- Pendidikan. Para ulama, guru agama atau para kyai juga memiliki peran penting dalam penyebaran Islam. Dengan mendirikan pondok pesantren sebagai tempat pengajaran agama Islam bagi para santri.
- Kesenian. Melalui kesenian penyebaran agama Islam dapat dilakukan seperti melakukan pertunjukan wayang dan gamelan. Kesenian tersebut sangat digemari masyarakat. Dengan bercerita atau berdakwah para ulama dapat menyisipkan ajaranagama Islam.
- Tasawuf. Para ahli tasawuf biasanya memiliki keahlian yang dapat membantu rakyat, seperti menyembuhka penyakit dan lain-lain. Penyebaran agama Islam yang mereka lakukan disesuaikan dengan kondisi, alam pikiran dan budaya masyarakat pada saat itu, sehingga ajaran Islam dengan mudah diterima masyarakat.
C. Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Kebudayaan
Ilmuwan-ilmuwan muslim di Indonesia tersebut, antara lain :
h. Syekh Muhammad Arsyad Al Banjari (1812 M) seorang ulama produktif yang menulis kitab sabitul Muhtadil (fikih).
Beberapa masjid masih memiliki seni masih memiliki seni bangunan yang menyerupai bangunan merupai pada zaman Hindu. Ukiran-ukiran pada mimbar, hiasan lengkung pola kalamakara, mihrab dan bentuk mastaka atau memolo menunjukkan hubungan yang erat dengan kebudayaan agama Hindu, seperti Masjid Sendang Duwur.
2. Penyebar ajaran Islam di Indonesia adalah pribadi yang memiliki ketangguhan dan pekerja keras.
3. Terjadi akulturasi budaya antara Islam dan kebudayaan lokal meskupin Islam tetap memiliki batasan dan secara tegas tidak boleh bertentangan dengan ajaran dasar dalam Islam.
2. Hasil karya para ulama yang berupa buku sangat berharga untuk dijadikan sumber pengetahuan.
3. Kita dapat meneladani Wali Songo telah berhasil dalam hal-hal seperti berikut.
a. Menjadikan masyarakat gemar membaca dan mempelajari Al Quran.
b. Mampu membangun masjid sebagai tempat ibadah dalam berbagai bentuk atau arsitektur hingga ke seluruh pelosok Nusantara
4. Mampu memanfaatkan peninggalan sejarah, termasuk situs-situs peninggalan para ulama, baik berupa makam, masjid, maupun peninggalan sejarah lainnya.
5. Seorang ulama atau ilmuwan dituntut oleh Islam untuk mempraktikkan tingkah laku yang penuh keteladanan agar terus dilestarikan dan dijadikan panutan oleh generasi berikutnya.
6. Para ulama dan umara bersatu padu mengusir penjajah meskipun dengan persenjataan yang tidak sebanding.
2. Menyikapi kejadian masa lalu dengan sikap sabar dan tetap meyakini bahwa setiap kejadian pasti ada hikmahnya.
3. Sumber ilmu pengetahuan yang berupa karya tulis dari para ulama hendaknya terus digali atau dipelajari dan dipahami maksudnya.
- Pesisir Utara pulau Sumatera, yaitu di peureulak Aceh Timur, kemudian meluas sampai bisa mendirikan kerajaan islam pertama di Samudera Pasai, Aceh Utara.
- Pesisir Utara pulau Jawa kemudian meluas ke Maluku yang selama beberapa abad menjadi pusat kerajaan Hindu yaitu kerajaan Maja Pahit.
- Bidang agama murni atau ibadah
- Bidang sosial kemasyarakatan
- Bidang politik