SEJARAH PERKEMBANGAN ISLAM DI AMERIKA
Para pengamat kemunculan Islam di Amerika Utara kebanyakan memandang
bahwa kedatangan pertama yang sesungguhnnya orang-orang muslim di
Amerika Serikat terjadi pada pertengahan dan akhir abad ke-19. Dan
memang pada saat itulah para imigran muslim yang pertama terutama dari
Timur Tengah mulai datang ke Amerika Utara dengan maksud untuk
memperoleh peruntungan besar ataupun kecil kemudian kembali ke tanah
airnya.
Sebagian kini para akademisi berpendapat bahwa selama hampir dua abad
sebelum perjalanan Christopher Columbus di tahun 1492 M, orang-orang
muslim telah melakukan pelayaran dari Spanyol dan sebagian pesisir barat
laut Afrika ke Amerika Utara dan Selatan dan sebagian bahkan ikut
menjadi awak Columbus. Para penjelajah itu konon telah menembus sebagian
besar wilayah Amerika Selatan dan Utara, bergaul dan sebagian menikah
dengan orang asli Amerika.
Bukti-bukti yang mendukung pernyataan ini diantara benda-benda
peninggalan sejarah (artefak), tulisan-tulisan dan laporan kisah-kisah
para saksi mata. Namun, masih agak meragukan sehingga teori semacam ini
masih berupa dugaan-dugaan belaka.
Tahun 1492 memiliki arti bersejarah tak hanya karena perjalanan
Columbus. Melainkan karena tahun tersebut menandakan berakhirnya secara
resmi kehadiran Islam di semenanjung Iberia yang kini dikenal sebagai
Spanyol dan Portugal. Setelah menikmati pemerintahan yang gemilang pada
abad ke-9 dan ke-10 di Kordoba, dan menguasai kabilah-kabilah di Afrika
Utara pada abad-abad berikutnya, kaum Muslim melihat kejayaan mereka
semakin merosot. Pada tahun 1474 M pasangan suami istri Fernando dari
Aregon dan Isabela dari Sevilla berhasil menyatukan dua kerajaan yang
terpisah. Mereka dikenal sebagai raja dan ratu Katolik berkat jasa-jasa
mereka menyatukan kembali seluruh Spanyol di bawah agama Kristen. Mereka
merampas wilayah kekuasaan terakhir kaum muslim di Granada pada tahun
1492. semenjak berakhirnya abad ke-15 orang-orang muslim (sering disebut
orang Moor) di semenanjung Iberia dipaksa memilih satu diantara
pilihan yang tak menguntungkan yakni berpindah ke agama Kristen,
imigrasi atau hukuman mati. Orang yang memilih pilihan pertama tetap
menjalankan agama mereka secara diam-diam dan tetap mengadakan pertemuan
rahasia umat Islam selama berabad-abad. Sebagian lainnya mencoba
memberontak secara terang-terangan dan akibatnya mereka diusir dari
negerinya yang sebelumnya merupakan satu dari sedikit contoh
keharmonisan budaya Islam dan Kristen.
Semakin banyak bukti bermunculan yang menunjukan bahwa sebagian
orang-orang Moor yang dipakwa pergi tersebut berhasil menuju kepulauan
Karibia dan bahkan sebagian lainnya berhasil mencapai bagian selatan
Negara Amerika Serikat masa kini. Para akademisi dari berbagai disiplin
ilmu terus berupaya membuktikan teori-teori tersebut yang dipandang oleh
muslim AS sebagai bukti bahwa bahwa Islam berperan dalam sejarah awal
AS. Kemungkinan adanya hubungan dengan budaya Spanyol yang semacam itu
terutama menarik hati AS keturunan Amerika Latin yang tertarik dengan
ajaran Islam.
Hampir pasti bahwa Muslim yang menyeberangi Atlantik dan juga Pasifik
jauh sebelum Columbus mencapai dunia baru. Namun kunjungan ini sama
sekali tidak meningglkan bekas yang yang tidak hilang-hilang. Yang
paling terkenal dari mereka ini adalah Jenderal Estevanio de Azemor yang
nama muslimya tidak diketahui. Muslim. Dia dapat mencapai wilayah New
Mexico dan Arizona. Naumn muslim pertama ini tidak dapat memelihara
Islam dalam kalangan keturunannya. Selama periode yang sama seorang
pangeran Mesir dengan nama Nasir al-Din bergabung dengan Suku Mohawk di
daerah yang membentuk negara bagian New York sekarang. Dia menduduki
kedudukan yang sangat tinggi dalam suku ini.
Kaum muslim di Amerika Serikat terdiri dari para imigran yang dari
keturunan Afrika (Afro-Amerika), penduduk Eropa yang masuk Islam, dan
para pendatang sementara (mahasiswa, diplomat dan lainnya). Komposisi
asal-usul mereka adalah: Afrika(42 %); Asia Selatan (India, Pakistan,
Bangladesh (24,4 %));Turki (2,4%); Asia Tenggara (2%); Kulit Putih
Amerika (1,6 %); dan lain-lain (6,4 %) termasuk sekitar 5.000 muslim
keturunan Spanyol (Hispanik).
Sebagian besar mereka, sekitar 70 %, tinggal di sepuluh Negara bagian:
California, New York, Illinois, New Jersey, Indiana, Michigan, Virginia,
Texas, Ohio, dan Maryland.
Para imigran muslim datang ke Amerika Serikat dengan alasan-alasan yang beragam. Gelombang Pertama,
imigrasi kaum muslim ke Negara ini berlangsung pada sekitar tahun 1875,
dari wilayah yang saat itu dikenal sebagai Greater Syria (suriah Besar
[kini mencakup Suriah sendiri, Libanon, Yordania dan palestina]).
Merweka pada umumnya miskin keterampilan dan tidak cukup terdidik, serta
sebagian besar petani yang berharap bisa sukses secara financial di
amerika serikat untuk pada suatu saat kembali ke tanah air. Tetapi,
karena kesempatankerja terbatas, mereka terpaksa bekerja sebagai buruh
di pabrik, pelabuhan, dan lainnya.sebagian menetap di wilayah Midwest.
Pengelaan mereka menarik minat rekan-rekan mereka yang lain. Arus
migrasi ini terus berlangsung sampai pada akhir Perang Dunia I.
Gelombang Kedua,
menyusul pada tahun 1920-an untuk kemudian terhenti karena Perang Dunia
II. Hukum-hukum imigrasi pada periode ini agak membatasi. Hanya orang
yang berkulit hitam atau Kaukasia saja yang boleh masuk ke Amerika
Serikat. Orang Arab dianggap tidak termasuk ke dalam dua kategori itu
Gelombang Ketiga,
antara pertengahan tahun 1940-an da pertengahan 1960-an berlangsung
bersamaan dengan terjadinya berbagai perubahan penting di luar Amerika
Serikat. Kaum muslim yang masuk AS dalam kategori ini lebih terdidik.
Sebagian besar mereka hijrah karena penindasan politik. Kontingen
terbesarnya adalah orang Palestina yang terusir dengan didirikannya
Israel (1948), orang Mesir yang merasa dirugikan oleh kebijakan
nasionalisasi Presiden Gamal Abdul Nasser dan orang Islam Eropa Timur
yang mencoba melarikan diri dari akibat perang Dunia II dan pemerintahan
Komunis. Pada saat yang sama, terutama pada tahun 1960-an berbagai
perubahan berlangsung dalam kebijakan keimigrasian AS. Pasar kerja makin
meluas dan Negara ini membutuhkan kaum imigran yang potensial untuk
mengisi pos-pos itu. Di sini batasan-batasan etnis atau ras
diperlonggar.
Gelombang Keempat,
berlangsung sekitar tahun 1967 dan masih berlangsung sampai sekarang.
Mereka umumnya sangat terdididk dan fasih berbahasa Inggris. Imigrasi
mereka terjasdi dengan berbagai alasan seperti untuk peningkatan
kemampuan profresional dan menghindari penindasan Pemerintah. Mereka
juga ada yang berniat untuk menetap atau mendakwahkan Islam di Negara
ini.
PERKEMBANGAN AGAMA ISLAM DI AMERIKA SERIKAT
Perkembangan Islam di AS mulai menampakkan peningkatan kesadaran
keislaman untuk memantapkan landasan sosial serta menyediakan pengajaran
bagi anak-anak mereka. Sejumlah komunitas mulai memandang penting untuk
membangun Mesjid dan Pusat Islam sebagai pengembangan organisasi dan
institusi Islam.
Organisasi Islam itu diantaranya:
Pada tahun 1952 lebih dari dua puluh Mesjid membentuk Federasi Perhimpunan Islam (Federation of Islamic Association, FIA) di AS dan Kanada. Pada puncaknya lima puluh mesjid menjadi bagian dari FIA.
Perhimpunan
Mahasiswa Muslim di AS dan Kanada (MSA) didirikan pada tahun
1963.Organisasi ini didirikan untuk memberikan pelayanan kepada ratusan
ribu mahasiswa muslim yang datang dari berbagai Negara dan belajar di
kampus-kampus di AS.
Perhimpunan Dokter Muslim (The Islamic Medical Association)
dibentuk oleh alumni MSA pada tahun 1967 sebagai wahana bagai
professional muslim di bidang kesehatan untuk saling bertemu dan saling
tukar pikiran. Organisasi serupa , Perhimpunan Ilmuwan dan Insinyur
Muslim (The Association of Muslim Scientiss and Engineers),
didirikan pada tahun 1969 dengan tujuan untuk mempromosikan penelitian
ilmiah yang didasarkan pada prinsip-prinsip Islam. Terdapat pula
Perhimpunan Ilmuwan sosial Muslim (The association of Muslim Social Scientist)
yang dibentuk pada tahun 1972 sebagai organisasi yang bersifat
professional, akademik kependidikan dan kebudayaan untuk mempromosikan
pemikiran Islam. Perhimpunan-perhimpunan ini mensponsori jurnal-jurnal
tahunan dan konferensi-konferensi.
Pada tahun 1978, DEwan masjid AS didirikan oleh wakil-wakil liga dunia Muslim dengan keanggotaan 20 masjid.
Masyarakat Muslim Amerika Utara (The Islamic Society of North America, ISNA) merupakan organisasi induk yang didirikan pada tahun 1982 oleh dewan alumni MSA yang menetap di Amerika Utara.
Kelompok-kelompok keagamaaan yang berkembang di AS diantara:
Muslim Syi’ah
Meskipun mayoritas Muslim yang datang ke AS adalah penganut sunni,
terdapat pula komunitas syi’ah yang cukup besar. Komunits ini mulai
memperoleh pengakuan sebagai bagian tersendiri dari muslim dan dapat
teridentifikasi dari masjid-masjidnya besarnya yang terletak di New
York, Detroit, Washington, Los Angeles, dan Chicago.
Mayoritas pendatang Syi’ah adalah berasal dari kelompok Itsna ‘Asyariyah dan Isma’iliyyah.
Muslim Amerika Keturunan Afrika
Dengan dihitung secara kasar, sepertiga Muslim yang ada di Benua
Amerika adalah orang-orang Amerika keturunan Afrika yang sudah bergabung
dengan arus utama Islam atau salah satu gerakan sectarian yang secara
langsung teridentifikasi secara longgar.
Islam sebagai fenomena yang khas Amerika pertama kali menarik perhatian public AS dengan munculnya Nation of Islam.
Kaum muslim AS keturunan Afrika maupun kaum imigran untuk masa yang
lama tetap merupakan komunitas terpisah di AS walaupun terdapat upaya
yang kian meningkat utuk menjalin kerjasama, dialog dan dan melakukan
beberapa peribadatan serta kegiatan sosial bersama.
Muslim Kulit Putih
Diantara orang kulit putih pertama yang masuk Islam adalah Alexander Russel (w. 1916), Konsul AS di Filipina.
Mayoritas kulit putih yang masuk Islam adalah perempuan yang mempunyai
suami muslim dan memutuskan untuk menjadikan Islam sebagai keyakinan
mereka. Dalam beberapa kasus, perempuan masuk Islam sebelum menemukan
pasangan nikah atas dasar keyakinannya bahwa perempuan memperoleh
penghargaan yang lebih tinggi dibandingkan di masyarakat Amerika pada
umumnya.
Sejumlah orang AS, yang merasa asing dengan tradisi agama mereka
sendiri atau dalam lingkungan lembaga keagamaan mereka atau dengan
norma-norma yang berkembang dalam kebudayaan AS, memandang Islam sebagai
alternatif.
Gerakan Sektarian
Gerakan Ahmadiyah, sebuah kelompok dakwah indo-Pakistan yang untuk
beberapa tahun telah aktif menerjemahkan al-Qur’an dalam beberapa
bahasa-bahasa utama dunia, mulai mengirimkan dai-da’I nya ke AS dengan
maksud mengajak Barat agar memeluk Islam menurut versi mereka.
Pusat kegiatan mereka baik Qadiyan (bermarkas di Washington DC) maupun
Lahore (bermarkas di di California) telah mendirikan sejumlah Masjid di
AS.
Terdapat pula komunitas kecil Druze di AS, yang mayoritas anggotanya
adalah orang-orang asli Lebanon dan beberapa individu dari Suriah,
Palestina dan Yordania. Kelompok Islam lain yang ditemukan di AS adalah
agama Baha’i, kelompok Five Percenter, Jama’ah Ansaru Allah, Robbani
Yashu’a dan masih terdapat yang lainnya.
Gerakan Sufi
Di antara aliran sufi yang paling berpengaruh ialah Qadiriyah yang
menyatu dalam tarekat bawa Muhaiyaddeen, bertempat di Philadelpia.
Tarekat ini mempunyai lebih dari 2000 muallaf, terutama berasal dari
kelas menengah dan menengah atas.
Kelompok muallaf Sufi terdapat pula di wilayah Negara bagianm New York,
California, Texas, Michigan, dan New Mexico. Beberapa imigran banyak
yang melestarikan tarekat-tarekat sufi yang berasal dari negeri asal
mereka seperti kaum Bektasiyah, Syadziliyah, Isyraqiyah, dan
Naqsabandiyah.
Masalah-masalah keislaman yang dihadapi oleh Muslim AS dewasa ini diantaranya:
Berlanjut dan meningkatnya prasangka di Amerika Utara terhadap Islam, Muslim dan orang Arab.
Masalah
Asimilasi dengan masyarakat AS, terus menjadi tema abadi bagi setiap
gelombang imigran maupun bagi setiap setiap generasi Muslim di AS.
Sistem
jaminan social di AS. Misalnya pertanyaan berkaitan dengan kewajiban
membayar zakat. Fakta bahwa Islam tidak mengizinkan pengenaan bunga
atas pinjaman menimbulkan persoalan tersendiri bagi muslim dalam
menggunakan perbankan AS.
Sejumlah
masalah khusus dihadapi muslim AS, diantaranya kebutuhan akan
kepemimpinan agama yang terlatih, kesempatan melaksanakan kewajiban
agama seperti shalat dan puasadan masalah yang terkait dengan interaksi
sosial.
-
Kedatangan
Islam di Amerika Serikat
Belum ada catatan yang
pasti dan diterima semua pihak tentang waktu pertama kali orang-orang Islam
masuk ke Amerika Serikat. Sebagian sejarawan berpendapat bahwa para pelaut
Muslim adalah orang-orang pertama yang menyeberangi samudera Atlantik dan tiba
di pantai-pantai Amerika. Oleh karena itu, sebagian akademisi kini berpendapat
bahwa selama hampir dua abad sebelum perjalanan
Christopher Colombus tahun 1492,
orang-orang Muslim telah melakukan pelayaran dari Spanyol dan sebagian pesisir
Barat Laut Afrika ke Amerika. Christopher Colombus telah dibimbing untuk
mendarat di benua Amerika oleh navigator-navigator Muslim.[1][3]
Pendapat
lain mengatakan bahwa umat Islam datang ke Amerika setelah pusat kekuasaan Umat
Islam di Spanyol jatuh ke tangan penguasa Kristen. Pada tahun 1474 pasangan
suami isteri Fernando dari Aragon dan Isabellah dari Seville berhasil
menyatukan dua kerajaan Kristen terpisah. Kemudian mereka merampas wilayah
kekuasaan muslim terakhir di Granada
pada tahun 1492. Semenjak berakhirnya abad ke-15, orang-orang muslim di seluruh
semenanjung Iberia dipaksa memilih satu di antara pilihan-pilihan yang tak
menguntungkan, yakni berpindah agama, imigrasi dan hukuman mati. Atas pilihan
itu, orang-orang muslim yang terpaksa pergi tersebut berhasil menuju kepulauan
Karibia, dan bahkan sebagian lagi berhasil mencapai bagian selatan negeri Amerika
Serikat masa kini.
Abad
ke-16 sampai abad ke-18 merupakan waktu kedatangan budak-budak untuk
dipekerjakan di perkebunan tebu di Karibia yang memang pada waktu itu sedang
memerlukan lebih banyak tenaga kerja manusia. Budak-budak itu, kebanyakan dari
Afrika (Sinegal, Guinea, Gambia, dan Mauritania) yang telah beragama Islam.[2][4]
Sedikit sekali informasi yang diketahui tentang kehidupan beragama orang-orang
Afrika tersebut.
Seiring
dengan penghapusan perbudakan dan keberadaan kontak dunia Islam dengan Amerika,
sejarah Islam di Amerika Serikat memasuki babak baru. Semula sebagaimana telah
dikemukan bahwa bukti-bukti keberadaan umat Islam belum terdokumentasi dengan
baik dan eksistensi umat Islam tidak jelas, akhir abad ke-19 sejarah imigran
Muslim terdokumentasi dengan baik dan eksistensi umat Islam sudah nampak dan
terus mengalami perkembangan. Pada umumnya sejarawan sepakat tentang kedatangan
imigran muslim pada tahap ini. Mereka mengatakan sekurang-kurangnya terjadi
dalam lima gelombang kedatangan imigran Muslim ke Amerika khususnya Amerika
Setikat.[3][5]
Gelombang
pertama, terjadi sejak tahun
1875 hingga 1912. Mereka yang berimigrasi pada gelombang ini umumnya
pemuda-pemuda desa yang tidak terpelajar dan tidak mempunyai keterampilan.
Mereka berasal dari negara-negara yang sekarang dikenal dengan nama Syiria,
Yordania, Palestina dan Lebanon yang ketika itu masih berada di bawah
pemerintahan Turki Utsmani. Mereka berimigrasi karena didorong oleh keadaan
ekonomi negaranya yang tidak menguntungkan, dan berharap akan memperoleh
perubahan ekonominya di Amerika Serikat. Oleh karena pendidikan kurang, dan
kemampuan berbahasa Inggris lemah, maka kebanyakan mereka hanya bekerja di
pabrik minuman dan toko-toko. Mereka tinggal di dekat pusat-pusat industri dengan mengalami kesulitan
berintegrasi ke dalam masyarakat Amerika, sehingga mereka membuat ikatan yang
cenderung eksklusif dengan saudaranya sesama Muslim.
Gelombang
kedua datang di akhir
perang dunia I setelah runtuhnya Kekhilafahan Turki Utsmani yang sebelumnya menguasai
sebagian besar wilayah Timur Tengah yang berpenduduk Muslim. Hal ini juga
bertepatan dengan pemerintahan kolonial Barat di Timur Tengah. Banyak orang
yang datang ke Amerika Serikat saat itu mengikuti kerabat orang-orang Muslim
yang telah lebih dulu berimigrasi dan memiliki penghidupan layak di negara ini.
Undang-undang Imigrasi Amerika Serikat yang ditetapkan pada tahun 1921 dan
tahun 1924 mengatur sistem kuota bagi bangsa-bangsa tertentu, sehingga sangat
mengurangi jumlah Muslim yang diperbolehkan memasuki negara tersebut.
Gelombang
ketiga terjadi antara tahun
1930 hingga tahun 1938 yang terkordinasi, karena kebijakan imigrasi Amerika
Serikat yang memberikan perioritas kepada mereka yang keluarganya terlebih
dahulu menetap di Amerika Serikat.
Pada
periode keempat, berlangsung dari
tahun 1947 hingga tahun 1960, terjadi peningkatan besar jumlah imigran.
Undang-undang kewarganegaraan tahun 1957 memberikan kuota imigran setiap tahun
untuk setiap negara. Oleh karena kuota tersebut berdasarkan presentase penduduk
di Amerika Serikat, maka kebanyakan imigran yang boleh masuk ke negara tersebut
berasal dari Eropa. Namun imigran Muslim terus berdatangan, dan tidak hanya
berasal dari Timur Tengah namun juga dari berbagai belahan dunia termasuk India
dan Pakistan, Eropa Timur dan Uni Soviet. Sebagian besar pendatang ini menetap
di kota-kota besar seperti Chicago dan New York. Berbeda dengan rekan-rekan
mereka yang datang lebih dahulu, kebanyakan imigran kali ini memiliki latar
belakang perkotaan dan berpendidikan tinggi.
Gelombang kelima dimulai sejak tahun 1967 sampai sekarang.
Gelombang yang terakhir ini terkait dengan keputusan-keputusan internal Amerika
Serikat dan peristiwa-peristiwa yang terjadi di sebagian dunia Islam. Pada
tahun 1965 Presiden Lyndon Johnson menandatangani undang-undang imigrasi yang
membatalkan kuota berdasarkan keberagaman suku bangsa penduduk Amerika Serikat.
Untuk pertama kali sejak masa awal abad ke-20 hak seseorang untuk memasuki
negara ini tidak khusus tergantung pada asal-usul suku bangsa seseorang.
Pada tahun 1967
terjadi hal yang bagi Muslim merupakan bencana yang memilukan akibat kekalahan pasukan Arab di tangan Israil menyebabkan perpindahan
besar-besaran orang Palestina ke Barat. Revolusi Islam Iran dan
Ayatullah Khomeni naik ke tampuk kekuasaan memaksa banyak orang Iran
meninggalkan negeri mereka, sebagian di antaranya memutuskan untuk datang ke
Amerika. Perang saudara di Pakistan yang melahirkan Pakistan Timur menjadi negara Bangladesh,
gerakan pembunuhan orang-orang Muslim di India, kudeta militer di Afghanistan,
dan perang saudara di Libanon semuanya memberi andil bagi kehadiran kaum
Muslimin di Amerika. Penyerangan Irak atas Kuwait menyebabkan banyak orang
Kurdi melarikan diri ke Amerika Serikat, sementara perang saudara di Somalia
dan Afghanistan, rezim meliter semakin
berkuasa di Sudan, dan pemusnahan etnis di Bosnia juga memperbesar jumlah
imigran Muslim.
Kebanyakan yang datang kali ini
berasal dari anak-anak Asia Selatan, termasuk orang Pakistan, India dan
Bangladesh. Mereka datang sejak tahun 1895 dan selama abad ke-20 berperan
penting dalam pengembangan kelompok-kelompok politik Islam di Amerika. Mereka
juga semakin bertambah dengan kedatangan orang-orang dari Asia Tenggra,
termasuk orang-orang Indonesia dan Malaysia.
Sebagian
memperkirakan ada hampir satu juta orang Iran di negara Amerika Serikat,
sedangkan oarang-orang yang berasal dari negara-negara Arab Timur Tengah,
Turki, dan Eropa Timur hampir sama jumlahnya. Orang-orang Muslim datang dari
negara-negara Afrika, termasuk Ghana, Kenya, Senegal, Uganda, Kamerun, Guinea,
Sierra Leone, Liberia, dan Tanzania.
Sudah barang tentu para imigran ini mewakili berbagai macam gerakan dan
idiologi Islam. Mereka terdiri atas orang-orang
Sunni dan Syi’ah, sufi dan anggota kelompok-kelompok aliran, dan
orang-orang alim.
B. Perkembangan Komunitas Muslim Amerika Serikat
Amerika
Serikat merupakan tempat pertumbuhan dan
perkembangan Islam yang sangat multi kompleks. Berbagai komunitas Muslim dari
berbagai negara datang di negara ini. Mereka datang ke berbagai wilayah
Amerika. Untuk memudahkan mendiskusikan persoalan ini, maka penulis
mengemukakan tiga komunitas pokok yang berperan mengembangkan Islam.
1. Komunitas muslim imigran
Di
akhir abad ke-19 terjadi kedatangan besar pertama para pemuda Muslim, yang pada
umumnya tidak memiliki keahlian, yang sebagian besar dari Timur Tengah.
Sebagian melarikan diri dari keharusan masuk wajib militer di Turki yang mereka
pandang tidak berkaitan dengan identitas nasional mereka. Sebagian lainnya
melihat orang-orang Kristiani senegara mereka
kembali dari Amerika Serikat dengan membawa kekayaan berlimpah dan
meskipun mereka sebenarnya enggang pergi ke
mana, karena mereka harus hidup di antara orang non-Muslim, mereka
tergoda untuk mencari keuntungan. Perang Dunia I mengakibatkan kehancuran luar
biasa bagi Libanon, sehingga banyak orang terpaksa keluar dari negara tersebut.
Mereka umumnya lajang, atau setidaknya bepergian tanpa istri-istri mereka, dan
beranggapan bahwa mereka akan tinggal di Amerika untuk sementara waktu saja,
dengan harapan mereka dapat memperoleh uang yang cukup untuk pulang dan membangun rumah tangga dan
keluarga di tanah air. Namun mimpi mereka sulit
karena pekerjaan tak mudah didapat di Amerika, mereka sering kali tak
mampu bersaing untuk mendapatkan pekerjaan yang lowong, karena kemampuan
berbahasa Inggris yang kurang atau latar belakang pendidikan yang tak
mencukupi. Banyak yang terpaksa melakukan pekerjaan kasar seperti buruh migran,
usaha kecil-kecilan, atau pertambangan. Salah satu pekerjaan yang lazim
dilakukan yakni berjualan keliling. Para imigran Muslim lainnya bekerja sebagai
buruh berupah rendah yang bekerja secara berkelompok. Semua kesulitan
diperparah dengan kenyataan bahwa orang-orang Amerika pada masa itu tidak
menyukai orang asing.
Kelompok-kelompok
imigran muslim awal ini berusaha
mempertahankan sebuah masyarakat penganut Islam dalam lingkungan yang asing
tanpa ada dukungan kelembagaan. Pendidikan agama yang tersedia untuk anak cucu
mereka sedikit. Mereka ingat bahwa di tanah air mereka, anak-anak tumbuh dengan
suasana Islam di sekitar mereka. Amerika memberikan lingkungan yang sangat
berbeda. Syukur bila dapat melaksanakan ibadah rutin, bahkan untuk
mempertahankan kesadaran beragama pun amat sulit. Oleh karena itu
keluarga-keluarga perintis tersebut harus berjuang keras mempertahankan agama
dan identitas mereka dalam sebuah masyarakat yang dibangun di atas punggung
para imigran dan ironisnya, tidak pernah menghargai perbedaan budaya yang
dibawa para imigran tersebut.
Para
pemuda, yang ingin segera menikah, mengalami kesulitan besar untuk mendapatkan
gadis-gadis Muslim di negeri ini untuk
diperistri. Sebagian pulang sebentar ke tanah air mereka untuk mengambil
isteri; sebagian lainnya meminta kerabat mereka mengatur perjodohan dengan
gadis-gadis dari negeri asal mereka. Sebagian lainnya menikah dengan perempuan
beragama lain dari orang-orang Arab yang beragama Kristiani.
Seiring
dengan waktu berjalan, para imigran yang mencari pekerjaan lebih permanen,
justuru banyak yang berhasil mendirikan usaha kecil mereka sendiri. Banyak yang
memanfaatkan masakan dan minuman tradisional mereka sebagai sumber penghasilan
dengan mebuka tempat minum kopi, rumah makan, toko roti dan kue. Semula mereka
mendirikan usaha untuk rekan senegara, sehingga sesama Muslim minimal mereka
dapat menikmati makanan asli mereka sendiri dalam lingkungan budaya yang sering
kali asing bagi cita rasa dan tradisinya. Lama kelamaan orang Amerika lain
mulai menghargai masakan para imigran.
Pada
lima puluh tahun pertama abad ke-20 banyak keluarga Muslim perlahan-lahan
terbawa menjauh dari agama mereka, terutama orang-orang mudanya, yang berusaha
menyembunyikan atau menghapuskan hal-hal yang membedakan mereka dari
rekan-rekan orang Amerika. Mereka yang berkulit lebih gelap dari warna kulit
putih, terutama di bagian Selatan, diperlukan sebagai “orang kulit berwarna”
oleh penduduk setempat dan tidak diperbolehkan masuk ke fasilitas-fasitilas
umum bertuliskan “White only”
yang hanya digunakan oleh orang kulit putih. Muncul anggapan bahwa orang-orang Muslim Arab adalah
orang-orang bermata hitam besar, berhidung besar, berkumis tebal, dan
berpakaian aneh. Mempertahankan penggunaan bahasa Arab menjadi sangat sulit,
karena anak-anak muda menolak menggunakan bahasa yang terdengar aneh di telinga
teman-teman mereka. Penolakan untuk belajar bahasa ibu sangat mnyedihkan
keluarga mereka, kerena bahasa Arab tak hanya bahasa budaya, melainkan juga
bahasa ibadah. Keluarga Muslim semakin banyak yang bernama Amerika untuk
anak-anaknya atau memperbolehkan pemakaian nama julukan. Muhammad menjadi Mike,
Ya’qub menjadi Jack, Nasreen menjadi Nancy. Identitas Arab, dan hingga derajat
tertentu, Muslim menjadi barang kuno dan bukan lagi hal masa kini dan masa
depan seiring dengan perjuangan generasi baru orang-orang muda untuk menjadi
bagian kebudayaan negara tanah air mereka kini, karena bukan negara kebudayaan
leluhur mereka. Sewaktu anak-anak muda ini dewasa dan mulai memikirkan
pernikahan, semakin banyak yang menikah dengan non-Muslim. Pernikahan dengan
orang beragama lain semakin bertambah jumlahnya pada setiap generasi baru.[4][6]
Namun pada saat yang bersamaan dan sampai tahap tertentu sebagai jawaban
keprihatinan atas akulturasi dan sekulerisasi, di sebagian wilayah di Amerika
Serikat orang-orang Muslim mulai mengorganisasikan diri menjadi
kelompok-kelompok masyarakat untuk menegaskan identitas mereka.
Komunitas Muslim pertama berada di Midwest di Dakota
Utara.[5][7]
Mereka membangun komunitas religius di tengah-tengah orang-orang Amerika yang
menaruh curiga dan kadang menimbulkan permusuhan akibat ketidakakraban dengan agama mereka. Komunitas
muslim berusaha menyesuaikan diri sehingga berhasil mendirikan masjid pada
tahun 1929 sebagai pusat kegiatan mereka.[6][8]
Di
Michigan City, Indiana, semacam pusat Islam didirikan pada tahun 1914,
anggotanya kebanyakan orang Siria dan Libanon yang bekerja di bidang
perdagangan. Pada tahun 1924 mereka mengajak orang Arab dari bangsa lain untuk
mendirikan organisasi dengan nama The Modern Age Arabian
Islamic Society.[7][9]
Cedar
Rapids di Iowa memiliki sejarah panjang sebagai tempat tinggal masyarakat
Muslim. Masjid pertama di Amerika yang terus berfungsi hingga kini dijumpai di Iowa. Pada tahun 1920, komunitas
Muslim menyewah sebuah gedung sebagai tempat peribadatan, kemudian pada tahun
1934 gedung itu dirobah menjadi masjid. Masjid tersebut secara berkala
direnovasi dan diperluas, dan sebuah menara ditambahkan pada tahun 1980.[8][10]
Islam
telah hadir di wilayah New York City sejak akhir abad ke-19 dengan sejarah yang
penuh liku-liku. Kota yang selalu menjadi pusat kegiatan imigran ini merupakan
tempat tinggal bagi bermacam-macam kelompok suku bangsa dan ras. Banyak
organisasi Islam di kota tersebut bercirikan identitas suku bangsa tertentu.
American Mohammedan Society dibentuk di Broolyn
pada tahun 1907 oleh para imigran dari Polandia, Rusia dan Lithuania. Dan Islamic Mission of Amerika for the Propogation of Islam and the Defense of the Faith and the Faithful
pada tahun 1930-an. Organisasi ini didirikan dekat pemukiman kaum muslimin asal
Timur Tengah.[9][11]
Meskipun demikian
sebagian lainnya dengan sadar berusaha memanfaatkan keberagaman tersebut untuk
menekankan potensi persatuan Muslim dan
melakukan berbagai upaya untuk menyatukan para Muslim bangsa Amerika asli; dan
mempersatukan Muslim Sunni dan Muslim Syi’ah. Salah satu kelompok seperti ini
adalah Islamic Cultural Centre of New York.[10][12]
Salah satu kota besar
yang menjadi rumah bagi para imigran adalah Chicago. Orang-orang Muslim pertama
datang sebelum pergantian abad ke-20. Seperti kota-kota besar lainnya, penduduk
Muslim Chicago terdiri atas
orang-orang yang bermacam-macam latar belakang budaya. Umat Islam di kota ini
aktif dalam memperkenalkan agama mereka. Banyak pusat kegiatan Islam di sana.
Di antaranya, yang tertua dan terbesar adalah Center of Muslim Society
didirikan pada tahun 1969.[11][13]
Muslim California pada
awalanya datang dari India. Sejumlah besar imigran dari India datang pada tahun
1947. California segera menjadi tempat tujuan kaum Muslimin dari berbagai
penjuru dunia, terutama dari Timur Tengah.
Los Angeles dan San Fransisco merupakan pusat-pusat aktif kehidupan
Muslim dan melahirkan banyak pemimpin bagi organisasi Muslim. Islamic Center of Souhem California merupakan salah organisasi terbesar di
wilayah ini.[12][14]
Semula Dearborn,
Michigan merupakan rumah bagi segelintir Muslim Turki pada awal abad ke-20,
namun hingga kini terus menjadi sasaran imigran Arab. Kini Dearborn merupakan
salah satu kumpulan terbesar masyarakat Islam di negara ini, dengan kelompok
besar terdiri atas Muslim keturunan Libanon, yaman dan Palestina.[13][15]
Masyarakat Islam di
Quincy, Massachusetts menjadi salah satu pemandangan menarik mengenai
pembentukan dan pengembangan Islam. Kelompok pertama terbentuk tidak lama
setelah tahun 1875 dengan keberadaan generasi yang menetap pertama Muslim yang
kebanyakan berasal dari Libanon. Pada tahun 1934 kelompok-kelompok Muslim dari
wilayah Boston dan sekitarnya bersatu dengan orang orang Muslim di Quinci dan
membentuk Arab American Banner Society.[14][16]
2. Komunitas Muslim keturunan Afro-Amerika
Berbeda dengan komunitas imigran dari
bangsa lain, komunitas keturunan Afrika, mereka masuk ke Amerika Serikat bukan
atas kehendak sendiri, tetapi merupakan kehendak kolonialis. Mereka
diperlakukan sebagai budak, sehingga segala aktifitas mereka sangat ditentukan
majikan. Bahkan, di antara mereka yang beragama Islam merasa sangat tertekan akibat
perlakuan majikan. Tidak sedikit di antara mereka keluar dari agama Islam.
Islam
Afro-Amerika muncul pada awal abad ke-20 ketika sejumlah orang hitam
Amerika memeluk Islam, sebagai suatu
proses kembali kepada akar-akar spiritual dan kultur yang lebih asli, dan
membentuk gerakan-gerakan dan komunitas-komunitas. Islam dipandang sebagai
bagian dari identitas asli (Afrika), sementara banyak pemeluk Islam baru
memandang agama Kristen sebagai agama keunggulan dan penindasan dari kaum kulit
putih, memperbudak kaum kulit hitam Amerika sejak zaman perbudakan sebagai
warga negara kelas dua yang tidak diberikan hak kewarganegaraan penuh.
Sebaliknya, kesetaraan Islam di mana seluruh umat Islam adalah anggota
persaudaran kaum beriman, melampaui batas-batas ras dan etnis. Dari sinilah
mulai kelompok-kelompok semi Islam yang memadukan penggunaan secara selektif
simbol-simbol Islam dengan nasionalisme hitam muncul.[15][17]
Organisasi
paling awal yang berusaha secara langsung untuk mengajak orang-orag Amerika memeluk Islam adalah American Islamic Propagation
Movemen. Organisasi ini didirikan pada tahun 1893 oleh
seorang Muslim terpelajar, Muhammad Webb. Sewaktu berada di Filipina sebagai
Konsul Jenderal Amerika, ia berkorespondensi dengan Badrudin Abdullah Kurr,
seorang pegawai terkemuka India pada dewan kota Bombai. Perkenalannya ini
menyebabkan kunjungan dua orang tokoh Muslim India ke Filipina, dan akhirnya
Webb masuk Islam. Webb kemudian menjadi kritisi yang penuh semangat terhadap
gereja Kristen dan aktivitas-aktivitas misionaris Kristen dalam dunia Islam
serta menjadi pembela Islam yang sangat terkemuka pada masanya. Meskipun
organisasi yang didirikan Webb ini harus bubar dalam usia muda, tidak diragukan
lagi bahwa ia dan anggota-anggota organisasinya telah mempengaruhi upaya-upaya
selanjutnya untuk membina Islam di Amerika Serikat.[16][18]
Sebelum ia wafat, Islam mulai bangkit sebagai agama yang membudaya di kalangan
orang-orang Afro-Amerika.
Organisasi yang paling
menonjol adalah Nation of Islam
(juga dikenal sebagai Black Moslem) yang didirikan oleh seorang imigran kulit
hitam bernama Wallace D. Fard Muhammad. Ia terkenal lancar berbicara dalam
beberapa bahasa Eropa dan bahasa-bahasa Timur Tengah. Pada tahun 1934 ia lenyap
secara misterius.[17][19]
Elijah
Muhammad mengambil alih kepemimpinan Nation of Islam setalah Fard dinyatakan
hilang. Ia memindahkan pusat kegiatannya dari Detroit ke Chicago. Di bawah
kepemimpinannya, organisasi tersebut maju dan tertib, memiliki masjid dan
sekolah yang jumlahnya ratusan, tersebar di seluru Amerika. Ia mewariskan
80.000.000 saham yang ditanam dalam berbagai perusahaan dan yang lebih penting lagi, ia berhasil
meningkatkan harga diri orang-orang Negro setaraf dengan orang-orang kulit
putih serta memajukan pendidikannya.[18][20]
Elijah
Muhammad yang memperjelas ajaran-ajaran Fard yang dikaitkan dengan agama Islam
melalu ceramah dan buku-buku yang dikarangnya sendiri. Buku yang memuat
ajarannya tersebut antara lain: Message to the Blackman in
Amerika dan How to Eat to Live.
Pada tahun 1960 diterbitkan pula majalah Muhammad Speaks.
Dari sumber-sumber tersebut diketahui pandangan Elijah Muhammad, bahwa
orang-orang Negro Amerika itu bisa mendapatkan kemerdekaan, keadilan,
persamaan, kebahagian, ketenangan jiwa, kepuasan, uang, rumah yang pantas, jika
mereka menerima Allah sebagai Tuhan dan kembali kepada agama yang asli, yaitu
agama Islam.[19][21]
Sasaran
dakwah Elijah Muhammad ditujukan kepada masyarakat Negro Amerika yang pemabuk,
pemadat narkotika, penjahat dan berbagai tindakan kriminal lainnya. Ia dipenjara pada tahun 1942 sampai thun 1946.
Di dalam penjara ia tetap berdakwah. Usahanya itu tidak hanya mempengaruhi
kelas bawah dari orang-orang Negro tetapi menarik perhatian pemimpin Negro dan
orang-orang terkenal lainnya, seperti Malcolm X dan Cassius Clay. Oleh karena
Islamnya kedua tokoh Negro Amerika itu, pengaruh organisasi tersebut semakin
bertambah luas, sekaligus sebagai simbol kebanggaan Muslim. Dari sinilah
berawal kelahiran suatu semangat aktualisasi diri, identitas, dan penonjolan diri
di kalangan komunitas Muslim Afro-Amerika.[20][22]
Elijah wafat 26
Pebruari 1976, ia digantikan oleh Warith deen Muhammad (Wallace Muhammad).
Banyak perubahan yang dilakukan tokoh ini. Akidah yang diwarisi dari
pendahulunya disesuaikan dengan kemurnian ajaran Islam. Pengelolaan
organisasi diserasikan dengan
perkembangan dan hasil usaha yang telah dicapai. Nation of Islam
diganti menjadi World Community of al-Islam
in the West. Ini berarti perubahan orientasi dari ide
untuk mendapatkan sebidang tanah bagi orang Negro Amerika ke ide untuk
membentuk masyarakat Islam di Barat (Amerika). Tetapi pada tahun 1980 nama itu
diganti lagi dengan “American Muslim Mission.
Nama ini lebih mempertegas misi dakwah yang ditujunya. Orang-orang Negro
Amerika adalah warga negara Amerika Serikat yang Muslim. Perbaikan di bidang
organisasi dilakukan pula, antara lain dengan membentuk “Council of Imam” yaitu satu Majelis Imam yang beranggotakan
enam orang, masing-masing mengkoordinir kegiatan masyarakat Islam di
wilayahnya, termasuk masalah zakat, pendidikan, hubungan dengan organisasi
agama lainnya, dakwah dipenjara, hubungan dengan organisasi politik, dan
masalah bisnis. Imam Warith Deen Muhammad adalah seorang intelektual, menguasai
banyak persoalan tentang masalah-masalah sosial politik, dan mempunyai dedikasi
yang tinggi terhadap Islam. Ia tampil sebagai tokoh nasional melalui “American Muslim Mission” dan masyarakat Negro
sendiri. Ia dihormati oleh berbagai kalangan karena hubngannya yang baik dengan
pemerintah Amerika Serikat, dan juga karena berbagai buah pikirannya mengenai
pertemuan antara ras, kulturasi, dan agama. Ia aktif dalam “World Conference on Religion and Peace”. Begitu pula
mempunyai hubungan baik dengan dunia Islam di luar Amerika.[21][23]
“American Muslim Mission”
menguasai ratusan masjid dan musallah, memiliki pemancar radio yang dapat
menjangkau seluruh kota-kota Amerika, mempunyai kader yang dapat dipercaya dari
“The Fruit of Islam”
sebanyak 80.000 pemuda. Mulai tahun 1981 organisasi tersebut merencanakan untuk
mendirikan American Muslim Teacher Collage,
serta kegiatannya sudah menjangkau Canada dan Amerika Latin.[22][24]
3. Komunitas Muslim orang Amerika kulit putih
Meskipun mayoritas
umat Islam di Amerika adalah orang Amerika keturunan Afrika atau bagian dari penduduk
imigran, ada banyak orang Amerika lainnya yang memilih memeluk Islam sebagai
agama dan cara hidup mereka dan jumlah ini terus bertambah. Diperkirakan jumlah
Muslim bangsa Amerika kulit putih di Amerika Serikat berkisar antara 20.000
hingga 50.000 orang. Sebagian di antara mereka
adalah perempuan bangsa Amerika kulit putih yang menikah dengan
laki-laki Muslim. Perindahan agama mereka dimungkinkan terjadi karena sang
suami menghendaki isterinya menerima Islam, atau sang isteri meyakini
bahwa Islam adalah agama yang benar
baginya, atau ia menginginkan anak-anaknya dibesarkan dalam keluarga dengan
satu keimanan. Namun patut dicatat bahwa survei atas kaum perempuan yang
berpindah ke Islam menunjukkan bahwa dalam banyak kasus masuknya mereka ke dalam Islam terjadi sebelum mereka menikah
dengan laki-laki Muslim.[23][25]
Ketertariakan orang-orang berkulit putih masuk Islam berawal dari pergaulan
dengan orang-orang Islam, kemudian ada upaya untuk belajar Islam. Mereka ini
pada umumnya dari kalangan Hispanik, tidak jarang di antara mereka
menghubungkan keberadaan mereka di Amerika dengan asal-muasal nenek moyang
mereka dari tanah Spanyol. Di antara mereka ada yang membayangkan bahwa nenek
moyang mereka dulu adalah Muslim.[24][26]
Islam pertama muncul di wilayah pemukiman warga keturunan Amerika Latin di
Timur Laut Amerika pada awal tahun 1970-an. Orang-orang yang beralih ke Islam
ini sebagian besar merupakan orang-orang Puert Rico. Mereka banyak masuk Islam karena bergaul dengan
orang-orang Islam warga Amerika keturunan Afrika. Sejak saat itu para Muslim
imigran berupaya mengorganisir gerakan penyeberan Islam di antara penduduk
keturunan latin dengan tujuan menyatukan mereka ke dalam masyarakat masjid
Sunni yang mapan. Warga Amerika keturunan Amerika Latin mendapati banyak budaya
Islam yang serupa dengan warisan budaya mereka, terutama mengenai kepentingan
struktur keluarga dan peran laki-laki dan perempuan dirumuskan secara khusus.
Perceraian, yang semakin meningkat jumlahnya dalam masyrakat Amerika keturunan
Amerika latin, terlihat jelas jauh lebih rendah angkanya di antara pasangan
Muslim keturunan Latin.[25][27]
Sebuah ilustrasi mengenai pertumbuhan
Islam Latin adalah sebuah upaya penyebaran di New York City yang disebut PIEDAD
(Propagacion Islamica para la Educacion y Depocion de Ala’el Divino)
yang dimulai pada tahun 1987 oleh seorang keturunan Puerto Rico yang beralih ke Islam. PIEDAD
berfokus pada kaum perempuan Hispanik yang menikah dengan muslim dan juga
orang-orang Hispanik yang tengah menjalani hukuman di penjara. Sebuah
organisasi orang-orang Hispanik Islam lainnya di wilayah El Barrio di New York
City adalah Alianza Islamica yang didirikan sekitar 15 tahun yang lalu
sebagai hasil gerakan Darul Islam. Hal ini menggambarkan hubungan yang erat
antara orang-orang Hispanik yang berpindah agama ke Islam dengan Islam yang
dianut warga Amerika keturunan Afrika.[26][28]
Di California Asociacion Latina de
Musulmanes en las Americas (ALMA) atau Ikatan Perempuan Latin Muslim
Amerika yang baru-baru ini terbentuk berusaha menyebarkan Islam di antara
orang-orang yang berbahasa Spanyol dan mendidik mereka mengenai sumbangsih
Islam bagi masyarakat dan budaya mereka, dengan
harapan dapat membawa mereka kembali ke
jalan hidup para leluhur mereka.[27][29]
Berdasarkan
gambaran ketiga komunitas Muslim tersebut, maka dapat dikatakan selain faktor imigrasi, faktor pindah agama merupakan
faktor penyebab pertambahan penduduk Muslim di Amerika Serikat. Sekalipun
pindah agama orang yang berasal dari Afrika, yang dalam banyak kasus,
sebenarnya kembali kepada gama asli mereka, tetapi lebih dari itu, ada juga
yang pindah agama itu berasal dari berbagai negara.
Pada tahun 1971, di Amerika Serikat
ada sekitar satu juta muslim (0,5 % dari jumlah penduduk). Pada tahun 1980,
beberapa penulis dan organisasi membuat penafsiran yang dapat dipercaya dengan
menggunakan berbagai metode statistik dan data demografis menghitung jumlah
umat Islam di Amereka Serikat. Atas dasar itu diperkirakan jumlah mereka
sekitar tiga juta jiwa (1,5 % dari jumlah penduduk) dengan rincian: 880.000
jiwa dari Eropa Timur, 940.000 jiwa dari Timur Tengah, 94.000 jiwa dari Sub
Sahara, 380.000 jiwa dari Asia, 13.000 jiwa dari Karibia, dan 1.000.000 jiwa
dari Amerika-Afrika. Dapat dikatakan umat Islam bertambah setiap tahunnya
sekitar 10 % karena kenaikan alami, imigrasi dan pindah agama.[28][30]
Dari hasil penelitian Michael Wolfe
tahun 2006, dikemukakan data umat Islam sekitar 7.000.000 jiwa. Menurutnya
setiap tahun sekitar 100.000 warga Amerika Serikat menjadi mualaf. Dalam hasil
penelitiannya dikemukakan pula bahwa umat Islam terbesar ketiga (2,34 %)
setelah protesten (52 %) dan Katolik
Roma (24 %).[29][31]
Syamsi mengatakan pemeluk Islam di Amerika bertambah pasca serangan 11
September. Sebelumnya, penduduk muslim hanya diperkirakan 6-7 juta orang. Sekarang diperkirakan mencapai 8-9 juta orang.[30][32]
Banyak orang Muslim yang datang ke Amarika di awal
abad ke-20 semula nampak kuarang berminat untuk berpartisipasi dalam
acara-acara Islam atau bahkan untuk mengidentifikasi diri mereka secara khusus
sebagai anggota tradisi Islam. Tetapi perlahan mereka segra berubah akibat
tantangan yang mereka hadapi. Oleh karena itu, sejumlah komunitas Muslim
imigram di seluruh negeri mulai memikirkan cara-cara yang lebih terstruktur
untuk menjalankan agama mereka dan menjamin keberlansungannya. Mereka prihatin
akan kesulitan mendapatkan tempat yang layak untuk beribadah dan menjalankan
sholat Jum’at. Mereka kadang-kadang
mengadakan ibadah di rumah anggota secara bergantian. Namun, karena semakin
besarnya komunitas mereka, lama-kelamaan, mereka berfikir dan bermimpi untuk
mendirikan masjid-masjid.
Upaya pembangunan masjid-masjid paling
awal pada tahun 1920-an dan tahun 1930-an di New York, Massachusetts, dan
Barat-Tengah. Gerakan masjid mulai mendapat momentum yang sebenarnya pada
pertengahan abad ke-20. Pembukaan Islamic Center di Wasinton, D.C., yang
selesai pembangunannya pada taun 1957, merupakan penanda penting bagi kalangan
Muslim dan non-Muslim bahwa Islam saat itu mulai diakui oleh negara Islam di
luar negeri sebagai sebuah kehadiran berarti dalam lingkungan Amerika. Islamic
center tersebut dibangun sebagai upaya kerja sama antara umat Islam Amerika
Serikat dan pemerintahan-pemerintahan Islam di luar negeri.[31][33]
Sejak tahun 1957 sampai tahun
1999, lebih dari seratus bangunan yang dirancang dan dibangun dengan arsitektur
yang bertujuan khusus untuk berfunsi sebagai masjid atau pusat Islam, dan
beratus-ratus bangunan lainnya telah diubah untuk digunakan sebagai masjid.
Bahkan di wilayah Washinton, D. C. saja
ada 33 masjid. Ada sekitar 1300 lembaga yang menyatakan diri sebagai
masjid atau pusat Islam di seluruh
daratan Amerika Serikat, hampir 80 % di antaranya terbentuk sejak tahun 1980.
Negara-bagian New York memiliki paling banyak masjid, jumlahnya yakni lebih
dari 130 buah. Terbanyak kedua California dengan jumlah masjid sekitar 120
buah. Di negara-bagian yang lain, Illinois, New Jersey, Texas dan Michigan
semuanya memiliki banyak masjid, dan hanya sedikit sekali negara-bagian yang
tidak memiliki bangunan yang berfungsi sebagai masjid.[32][34] Dari data
hasil penelitian Michael Wolfe tahun 2006 dikemukakan bahwa dari New York
hingga California terdapat sekitar 4.000 masjid.[33][35] Seiring
berkembangnya penganut Islam dan masjid, organisasi-organisasi Islam juga
mengalami perkembangan.
C. Peluang Perkembangan Islam di Amerika Serikat
Selain kondisi ril
perkembangan pantastis jumlah Muslim dan sarana peribadatan dari satu periode
ke periode berikutnya serta berperannya umat Islam dalam berbagai sektor
kehidupan, ada beberapa faktor lain yang menjadi peluang perkembangan Islam. Pertama,
masyarakat Amerika adalah masyarakat agamais.[34][36]
Berbicara tentang
keagamaan di Amerika, masyarakat sering dihadapkan pada sekian banyak paradoks.
Pada satu sisi, Amerika diidentifikasi sebagai negara sekuler-materlialistik
yang dikenal sebagai negara pertama dalam sejarah yang menetapkan dalam
undang-undang pemisahan antara negara dan agama. Penetapan ini memberi kesan
seakan-akan agama tidak memperoleh tempat dalam kehidupan bernegara dan
berbangsa. Pada sisi lain, tidak jarang bangsa Amerika menganggap dirinya
sebagai bangsa yang paling religius, karena bagi mereka, pemisahan antara agama
dan negara justru membuktikan betapa besar peranan agama dalam perkembangan
budaya bangsa. Sejarah juga mencatat bahwa tidak ada satu negarapun yang
menghimpun aneka ragam agama dalam lingkup suatu bangsa seperti Amerika
Serikat.[35][37]
Paradoks
lain dapat dijumpai dalam kehidupan sebagian besar pemuka agama di Amerika. Di
satu sisi mereka sangat aktif dalam aktivitas sosial dan gerakan reformasi,
tetapi di sisi lain mereka tidak henti-hentinya mengutarakan kekhawatiran
kalau-kalau gereja dan doktrinnya tidak lagi mampu memenuhi kebutuhan para
pengikutnya. Ungkapan lain, sebagian pemuka agama telah tampil menjadi
aktivis-aktivis yang mempopulerkan dan membumikan ajaran-ajaran agama dalam
kehidupan sehari-hari. Namun sebaliknya, fungsi gereja (fungsi utamanya adalah
untuk menyelamatkan jiwa-jiwa yang labil), telah diambil alih oleh para
psikiater, pekerja sosial dan bahkan paranormal.[36][38]
Alhasil,
agama kemudian menjadi hal yang penting dalam kehidupan bangsa Amerika. Sejarah
politik Amerika tidak dapat ditelusuri tanpa memperhatikan karakter
keagamaan bangsanya. Orang dapat saja
berkata bahwa agnostisisme keagamaan, bahkan atheisme merupakan fenomena nyata
dalam lingkungan masyarakat Amerika, namun secara umum rasa hormat mereka
terhadap agama adalah hal yang mendasar. Berbeda dengan bangsa-bangsa Eropa,
bangsa Amerika menganggap aneh dan mengagetkan konsep teologi “God is dead” yang dicetuskan di Eropa. Masyarakat
Amerika, kebanyakan agnostisisme dan atheisme yang vokal dan negatif tidak
mendapat tempat dalam budaya bangsa Amerika.[37][39]
Agama
bagi masyarakat Amerika Serikat memberikan jawaban pada persoalan-soalan pelik
manusia, persoalan-persoalan yang tidak bisa dijawab secara ilmiah dan
filosofis. Agama memberi legitimasi di hadapan pengikut-pengikutnya dan menjadi
agen yang gigih dalam mensosialisasikan opini atas aborsi, pornografi, peran
perempuan homoseksual, prasangka rasial, komunisme, patriotisme, perang dan
perdamaian, sistem perdagangan bebas, keadilan sosial dan persoalan politik.[38][40]
Kedua, kegagalan doktrin Kresten membendung laju
dekadensi moral dan depresi di kalangan warga Amerika Serikat. Menurut Ahmad
Hoosen Deedat yang dikutip Atang Abd. Hakim dan Jaih Mubarok bahwa Amerika
Serikat kini sedang menghadapi persoalan-persoalan sosial yang serius, seperti
para gay dan pemerkosaan.
Tidak ada orang Amerika yang dapat menjadi wali kota di New York, Los Angeles,
atau San Francisco tanpa dukungan kaum gay di kota-kota tersebut.[39][41]
Menurut statistik yang dikeluarkan the National Crime Victimization Survei,
tahun 1991 terjadi 171.420 perkosaan.[1][42]
Hal
yang terparah, sebagian dari mereka melibatkan diri dalam kejahatan-kejahatan
moral seperti seks bebas, penggunaan obat-obatan. Menurut lembaga pengawasan
dan Pencegahan penyakit di Amerikat Serikat, pada tahun 1993, 40 % dari anak 15
tahun mengaku perna melakukan hubungan intim, padahal tahun 1970, angka itu
hanya 10 %. Jumlah tersebut meningkat
sepertiga lebih pada tahun 1980.[40][43]
Setiap
tahun hampir 26.000 orang Amerika melakukan bunu diri. Selama setahun lebih,
lebih dari satu juta remaja mencoba bunuh diri. Menurut laporan terakhir di
Amerika Serikat meningkat 300 %, kehamilan remaja bertambah 621 % dan
pembunuhan remaja meningkat 232 %.[41][44]
Krisis
identitas dan depresi itu telah menyadarkan sebagian dari warga Amerika untuk
kembali menganut agama. Oleh karena agama yang semula mereka anut mandul dan
tidak dapat mengatasi masalah mereka, mereka berpaling kepada agama-agama lain,
termasuk Islam. Dalam Islam, hidup mereka lebih bahagia dan terarah.
Dari
sekian banyak muallaf yang dulunya Kristen, mereka merasa menemukan jati
dirinya setelah masuk Islam. Angela Collin, seorang artis California yang terkenal
karena film yang dibintanginya Leguna Beach dan kini menjadi Director of Islamic School, ketika diwawancarai
oleh televisi NBC News mengapa ia masuk Islam, ia mengungkapkan: “I was seeking the truth and I ’ve found it in Islam. Now I hve this
belief and I love this belief.”[42][45]
Ketiga, animo bangsa Amerika mempelajari ajaran
Islam sangat tinggi. Mereka mempelajari Islam tidak hanya untuk memperoleh
ijazah, tetapi atas kesadaran dari rasa penasaran mereka sendiri untuk
mengetahui Islam lebih dalam, karena tetangga dan orang terdekat mereka beragama Islam. Mereka tidak hanya
mempelajari konsep-konsep ajaran Islam tetapi juga mempelajari sejarah Islam.
Kebanyakan
rasa penasaran itu tumbuh sejak peristiwa peledakan WTC. Kebanyakan dari mereka
kemudian mempelajari Kerajaan Muslim
yang pernah memerintah Spanyol beberapa abad lalu. Mereka berkesimpulan
bahwa Islam memberikan kontribusi pada kebudayaan mereka seperti makanan, musik
dan bahasa. Banyak kalangan Hispanik (merupakan akar dari kebudayaan dan keturunan
Spanyol dan sering disebut Amerika Latin) ingin ke akar mereka.
Setelah peristiwa itu, masyarakat Amerika menjadi ingin tahu Islam, kemudian mereka
ramai-ramai membeli dan membaca al-Qur’an, membaca biografi Muhammad dan
buku-buku Islam untuk mengetahui isinya. Hasil pembacaan sumber ajaran Islam secara langsung, mereka menjadi tahu ajaran
Islam. Oleh sebab itu, kebencian mereka berbalik menjadi kecintaan. Mereka menemukan keagungan serta
keindahan ajaran agama yang satu ini. Keagungan ajaran Islam ini bertemu pada
saatnya yang tepat dengan kegersangan, kegelisahan dan kekeringan spritual
masyarakat Amerika yang sekuler selama ini. Karena itu, Islam justru menjadi
jawaban bagi proses pencarian spiritual mereka dalam waktu yang lama. Islam menjadi melting point atas
kebekuan spiritual yang selama ini dialami masyarakat Amerika. Inilah pemicu
terjadinya islamisasi Amerika yang
mengherankan para pengamat sosial dan politik.[43][46]
Kempat, di Amerika
Serikat terdapat intelektual Muslim yang terkemuka. Saat ini bukan hanya
teknologi Amerika yang diperhitungkan dunia, tetapi pemikir Muslim, seperti
Fazlur Rahman, Ismail al-Faruqi, Sayyed Hossein Nasr dan masih banyak tokoh
lainya yang gigih berdakwah.
Ketiga tokoh pemikir Muslim ini, tidak hanya lantang menyuarakan Islam di
kampus dan di tengah-tengah masyarakat, yang tak kalah pentingnya adalah
menyuarakan Islam lewat buku-buku yang mereka tulis. Buku-buku mereka tidak
hanya bahan bacaan masyarakat Amerika Serikat, tetapi juga menjadi rujukan
perguruan tinggi di berbagai belahan dunia, termasuk Indonesia.
Tidak disangkal pemikran ketiga tokoh ini mewarnai perjalanan sejarah Islam
di Amerika Serikat. Ketiganya menyuarakan Islam sesuai dengan karakter
masyarakat Amerika Serikat yang menganut paham liberal. Budhy Munawar Rahman
sebagai pengantar dalam salah satu buku terjemhan karya Seyyed Hossein Nasr
mengatakan Sayyed Hossein Nasr dan Fazlur Rahman merupakan contoh yang paling
ekspresif dari cendikiawan Muslim yang menolak pemaksaan keseragaman
penafsiran. Keduanya menulis bahwa perbedaan pendapat itu merupakan hal yang
penuh arti dan harus dinilai positif. Karena itu, kebebasan berfikir dan
penerimaan paham kemajemukan hal yang
sangat penting untuk kemajuan Islam itu sendiri. Jikalau dalam hal ini terdapat perbedaan
pendapat berkaitan dengan penyesuaian diri Islam atas kemajemukan itu,
perbedaan itu jelas merupakan sesuatu yang akan bernilai tinggi, justru untuk
memajukan Islam. Karena itu, mereka sangat menekankan bahwa paham Islam itu terbuka
untuk kemajuan, walaupun itu datangnya tidak dari Islam.[44][47]
III. PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Kedatangan
Islam di Amerika Serikat terjadi dua tahap. Tahap pertama, jauh sebelum
Cristopher Colombus menemukan benua Amerika. Pada tahap ini keberadaan umat
Islam sampai abad ke-19 tidak didapatkan sumber yang menjelaskannya. Tahap kedua,
pada akhir abad ke-19. Pada tahap
ini Islam tumbuh, sebagai awal perkembangan Islam di Amerika Serikat.
2. Islam
berkembang pada tiga komunitas
Muslim di Amerika Serikat. Kominitas pertama adalah komunitas
dari Timur Tengah, kemudian pada perkembangan selanjutnya komunitas Muslim
datang dari berbagai kawasan dunia. Kemunitas ini tersebar di berbagai kota
besar Amerika Serikat. Komunitas kedua adalah komunitas Afro-Amerika.
Komunitas ini juga pada dasarnya adalah para imigran yang datang pada awal abad
ke-16. Komunitas ini sejak kedatangannya tidak meperlihatkan perkembangan,
nanti akhir abad ke-19 setelah tokoh-tokoh Afro-Amerika menyadari bahwa mereka
terlahir dari keluarga Muslim di masa lalu. Kehadiran orang Islam seperti Elijah Muhammad, Warith deen
Muhammad, Malcolm X dan Muhammad Ali Islam mengalami perkembangan pesat di
komunitas Afro-Amerika. Komunitas ketiga adalah komunitas kulit putih. Komunitas ini
mengalami perkembangan yang berarti setelah peristiwa 11 September. Mereka pada
umumnya adalah kalangan Hispanik yang menyadari arti sejarah perjalanan Islam.
3. Ada beberapa faktor yang berakumulasi sehingga Islam di Amerika
Serikat berpeluang mengalami perkembangan. Pertama, masyarakat Amerika adalah masyarakat
agamais. Kedua, kegagalan doktrin Kresten membendung laju
dekadensi moral dan depresi di kalangan warga Amerika Serikat. Ketiga, animo bangsa Amerika mempelajari ajaran Islam sangat tinggi. Kempat, di Amerika Serikat terdapat intelektual muslim yang terkemuka dan
rasional.
B. Implikasi
dan Rekomendasi
1. Amerika
Serikat adalah negara sekuler, tetapi negara yang satu ini memberi peluang
kepada setiap agama untuk tumbuh dan berkembang. Kebijakan yang diterapkan
pemerintah setempat perlu dijadikan acuan pada wilayah minoritas Muslim di
Indonesia dan negara-negara lain.
2. Perkembangan
Islam di Amerika Seikat tidak lepas dari peran ulama-ulama besar Islam di sana.
Oleh karena itu konsep-konsep Islam yang ditawarkan perlu dicermati.
3. Para pemerhati Islam perlu menyebarluaskan bahwa Islam mengalami perkembangan yang sangat pesat di Amerika
Serikat. Pada akhir-akhir ini, peminatnya kalangan terpandang dan terpelajar
serta penduduk asli
4. Berbagai
sisi kehidupan Muslim di Amerika Serikat perlu dikaji lebih mendalam, seperti
hubungan Islam dengan agama lain, peran ulama Islam di Amerika Serikat,
lembaga-lembaga pendidikan dan metode dakwah yang berkembang.